Rabu, 09 Desember 2009

Ponsel QWERTY Tumbuh Subur di Indonesia

“Mas, saya mau beli hape Blackerry yang merek Nokia” , ujar seorang calon pembeli di salah satu counter penjualan handphone pusat elektronik di kota Bandung, Oktober silam. Lantas pertanyaan itupun dijawab oleh si penjual yang kental dengan logat Sundanya, “mau yang tipe apa teh ? Harganya mulai 500rb sampai 6jt” . Sebuah kekonyolan yang memang benar-benar terjadi. Blackberry merek Nokia dengan harga 500rb.

Kenyataannya memang seperti itu. Itulah konsumen di Indonesia, lattah dengan teknologi terbaru. Lantas, segala cara ditempuh agar bisa tampil gaya di depan umum, biar tidak disebut gaptek. Ponsel Qwerty apapun dituduh sebagai Blackberry, pemain kelas satu ponsel dengan keypad penuh ini.

Dengan dilengkapi fitur yang bermacam-macam, always connected serta banderolan harga yang beragam, banyak vendor mengeluarkan seri ponsel Qwerty mereka di pasar Indonesia. Padahal layanan yang terpakai masih didominasi oleh SMS dan voice saja.

Pertumbuhan pasar ponsel Qwerty di Indonesia mencapai 200 % dalam satu tahun terakhir di tengah terjadinya rebound (memantul naik) penjualan ponsel global. Banyak pihak mengaku optimis tahun 2010 angka tersebut akan semakin berlipat. Prediksi tersebut mendorong beberapa produsen ponsel bersiap-siap untuk meluncurkan seri terbaru ponsel Qwerty mereka. Sebut saja Taxco, produsen lokal ini berencana mengeluarkan sembilan versi ponsel Qwerty-nya untuk tahun depan. Tiga diantaranya sudah siap, yaitu VX3, VX4 dan VX5, menyusul pendahulunya VX1 dan VX2 yang telah dilepas ke pasaran.

Indonesia merupakan sasaran empuk pemasaran ponsel Qwerty. Di Indonesia, pasar Qwerty baru mengisi 20% penjualan ponsel, sedangkan sisanya masih dipenuhi oleh ponsel berdesain Candy Bar dan lainnya. Peluang pasar Qwerty masih sangat terbuka lebar. Produsen pun berlombalomba melakukan inovasi-inovasi terbaru untuk melangkapi ponsel Qwerty yang akan mereka lepas untuk bersaing di pasar Indonesia.

Produsen ponsel lokal pun tidak mau kalah di kandang sendiri. Menyusul Taxco, eTouch Mobile juga meluncurkan tiga ponsel Qwerty teranyarnya November lalu. Salah satunya adalah eTouch 707 Pro yang diandalkan dapat menjadi modem untuk notebook serta kemudahan akses email layaknya SMS. Siaran Televisi, pemutar MP3/MP4, image viewer dan Radio FM semakin melengkapi anak emas eTouch. Kamera 2 Megapiksel pun disematkan di ponsel ini. Dan tak ketinggalan adalah kemudahan konektivitasnya. Banderol 1,19 juta pun dirasa pantas untuk eTouch 707 Pro, mengungguli eTouch 606 yang dilepas dengan harga Rp 999 ribu.

Untuk masalah harga, mungkin belum ada yang mengalahkan ponsel Qwerty besutan IMO dengan seri B369. Harga Rp 549.000 diakui masih menjadi ponsel Qwerty termurah di pasar. Padahal jeroannya juga tidak kalah dengan ponsel Qwerty brand lokal lainnya. Ponsel dual on GSM/GSM ini juga dilengkapi aplikasi jejaring sosial seperti facebook serta Instant Messaging berupa Yahoo Messanger disamping fitur wajib Media Player. Kamera VGA pun dipasang menghiasi ponsel ini. Tak lupa, konektivitas data GPRS, Bluetooth, kabel data USB dan slot memori tambahan berjenis MicroSD pun dibenamkan di ponsel berdimensi 11,1 x 5,6 x 1,4 cm ini.

Sementara itu, senior mereka, Samsung dan LG pun tidak mau kalah dengan menjadi tamu di pasar Qwerty Indonesia. Tengok saja Samsung yang mengeluarkan seri I600 atau I780. Untuk jajaran kelas menengah, muncul Corby seharga Rp 1,4 juta. Dengan desain yang futuristik dan beberapa fitur umum di kelas middle end, yakni kamera 2 MP, radio dan slot charger micro USB, menjadikan Samsung Corby ini siap menghadang ponsel Cina di ranah Qwerty yang mirip-mirip Blackberry. Kemudahan akses ke situs jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, Friendster, My space serta link ke YouTube, Flickr, Picasa dan Photobucket menggemukkan isi ponsel Qwerty keluaran Samsung ini. Namun, koneksi internetnya yang masih menggunakan GPRS kelas 10 menjadi salah satu kelemahan yang dimiliki Corby.

Menilik lebih jauh mengenai kelengkapan fitur-fitur yang ditawarkan para produsen ponsel Qwerty tersebut, agaknya mubadzir. Pasalnya, konsumen Indonesia masih mengandalkan ponsel jenis apapun hanya untuk sekedar SMS dan telepon. Bagaimana mereka bisa membayar untuk membeli sebuah aplikasi yang relative mahal jika rata-rata untuk mengisi pulsa saja mereka hanya berani mengeluarkan uang 5rb-10rb rupiah.Tampaknya hal itu diabaikan oleh para pengembang. (ll)

Leave a Reply

 
 

Link List

Recent Comments

Followers

About Me

Prb dan Ll adalah pengrus dari blog ini. Saat ini prb kuliah di STTN-BATAN dan ll kuliah di ITTelkom.