Minggu, 29 November 2009

Sosialisasi IPTEK Nuklir Dengan Pendekatan Peer Control Group Untuk Pelajar SMA di Kota Yogyakarta

Latar Belakang Masalah
Ilmu pengetahuan dan teknologi disingkat IPTEK, merupakan kreasi dan inovasi manusia yang selalu berkembang dan bersifat dinamis. Dinamika IPTEK sangat ditentukan dan menentukan hidup manusia di bumi ini serta bersifat universal. Tujuan penemuan dan pengembangan IPTEK antara lain untuk mempermudah hidup manusia dalam menggali sumber daya alam, memanfaatkan dan menapak serta mengembangkannya, salah satunya bidang IPTEK Nuklir. IPTEK Nuklir pertama kali digunakan untuk bom atom yang dijatuhkan di atas kota Hirosima dan Nagasaki tahun 1945 dengan korban jiwa yang tidak sedikit. Menyadari akan kekuatan yang diakibatkan oleh bom atom tesebut, manusia mulai mengembangkan IPTEK Nuklir untuk kesejahteraan manusia. Sehingga dalam perkembangannya IPTEK Nuklir telah dimanfaatkan dalam berbagai bidang baik bidang energi maupun non-energi. Walaupun dalam perkembangannya telah digunakan untuk kesejahteraan hidup manusia akan tetapi pandangan negatif dari masyarakat akan IPTEK Nuklir, yang disebabkan dalam perkembangannnya untuk pertama kali dimanfaatkan sebagai senjata pemusnah massal belum hilang.

Pelajar SMA sebagai Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki peran sentral dan sebagai salah satu faktor penentu kemajuan bangsa, pemahamannya terhadap IPTEK Nuklir perlu mendapatkan perhatian serius. Pasalnya, dampak dari pemahaman yang sepotong-sepotong menjadikan mereka beranggapan bahwa IPTEK Nuklir selalu identik dengan hal-hal negatif. Selain itu pelajar SMA juga sering menerima pernyataan-pernyataan yang sebenarnya keliru namun diucapkan secara berulang-ulang. Informasi yang keliru ini bila tidak diluruskan akan menjadi kontroversi di kalangan pelajar SMA. Sebagai contoh "PLTN dapat meledak seperti bom atom". Pada kenyataannya tidak mungkin suatu reaktor nuklir dapat meledak seperti bom atom. Hukum fisika tidak memungkinkan itu terjadi. Namun ketidakbenaran ini bila diucapkan berulang-ulang cepat atau lambat semakin banyak yang menerimannya. Hal tersebut jika tidak pernah diluruskan akan menimbulkan pandangan terhadap IPTEK Nuklir menjadi semakin negatif.

Beberapa pelajar SMA di wilayah Kota Yogyakarta beranggapan nuklir itu berbahaya, bisa merusak lingkungan dan selalu berkaitan dengan bom. Selain itu, beberapa pelajar SMA menyatakan bahwa di sekolah tidak ada yang menjelaskan masalah IPTEK Nuklir sehingga pengetahuan terbatas dan materi di sekolah tidak ada yang mengurai IPTEK Nuklir. Kesalahan persepsi yang sudah terlanjur muncul pada pelajar SMA dikarenakan tidak adanya fasilitator yang memberikan penjelasan yang benar. Hal ini menjadikan pelajar SMA ragu-ragu untuk mendalami IPTEK Nuklir. Padahal untuk menjadi sebuah bangsa yang maju, penguasaan dalam bidang teknologi tidak boleh ditinggalkan. Serta visi program Rencana Pembangunan IPTEK Jangka Panjang (RPJP) 2005-2025 akan terhambat.

Untuk mengatasi masalah tersebut perlu diadakannya sosialisasi agar dapat meluruskan pernyataan-pernyataan yang tidak sesuai dengan kenyataan tentang IPTEK Nuklir di kalangan pelajar SMA khususnya wilayah Kota Yogyakarta. Kegiatan sosialisasi ini tidak dilakukan secara parsial yang hanya terbatas pada seminar-seminar tanpa keterlibatan aktif dari pesertanya. Untuk itu, sosialisasi yang komprehensif, jujur dan transparan dalam koridor intelektual perlu digalakkan.

Gambaran Umum Masyarakat Sasaran
Kota Yogyakarata memiliki 47 Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat. Hal ini merupakan potensi yang besar untuk pengembangan IPTEK, salah satunya IPTEK Nuklir. Berkaiatan dengan IPTEK Nuklir, Kota Yogyakarta memiliki khususan tersendiri yaitu adanya reaktor Kartini yang merupakan salah satu diantara tiga reaktor nuklir yang dimiliki Indonesia. Keberadaan reaktor Kartini tersebut seharusnya menfasilitasi masyarakat Kota Yogyakarta untuk mengenal IPTEK Nuklir khusunya pelajar SMA sebagai SDM yang memiliki peran sentral dan sebagai salah satu faktor penentu kemajuan bangsa. Kedua potensi yang dimiliki Kota Yogyakarat tersebut seharusnya menjadikan pelajar SMA di Kota Yogyakarta lebih memahami IPTEK Nuklir.

Walaupun Kota Yogyakarta memiliki potensi tersebut, sebagian besar pelajar SMA selama ini memiliki persepsi bahwa Iptek Nuklir selalu identik sebagai senjata pemusnah massal. Persepsi yang dimiliki pelajar SMA tersebut dikarenakan pelajar SMA hanya mengenal IPTEK Nuklir dari pelajaran sejarah, yaitu dari peristiwa pemboman yang dilakukan Amerika terhadap Jepang di kota Hirosima dan Nagasaki menggunakan bom atom. Selain itu media yang memiliki peranan sangat penting dalam membentuk opini masyarakat, pemberitanya akhir-akhir ini sering mengabarkan masalah IPTEK Nuklir yang dikembangkan sebagai senjata. Persepsi tersebut menunjukan minimnya pemahaman pelajar SMA Kota Yogyakarata mengenai IPTEK Nuklir. Minimnya pemahaman pelajar SMA Kota Yogyakarata juga dikarenakan tidak adanya kurikulum mengenai pemanfaatan IPTEK Nuklir dibidang energi dan non-energi serta fasilitator yang memberikan penjelasan. Pernyataan ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) yang menunjukkan hampir 90% pelajar SMA di Kota Yogyakarta tidak paham mengenai IPTEK Nuklir maupun aplikasinya.(prb)


Leave a Reply

 
 

Link List

Recent Comments

Followers

About Me

Prb dan Ll adalah pengrus dari blog ini. Saat ini prb kuliah di STTN-BATAN dan ll kuliah di ITTelkom.